Tari Topeng Klana

Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon.Tari topeng Cirebon sangat melegenda di kalangan masyarakat. Tidak hanya terkenal di kota Cirebon, tari topeng Cirebon sudah dikenal keseluruhan wilayah di Indonesia. Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu daya tarik wisatawan di kota Cirebon. Topeng Cirebon adalah topeng yang terbuat dari kayu yang cukup lunak dan mudah dibentuk . Dibalik keindahan gerak tariannya menyimpan makna filosofis tentang kehidupan. Dalam pementasan nya menggunakan properti berupa topeng yang di buat dari kayu dan di ukir sedemikian rupa oleh seniman-seniman kota Cirebon. Salah satu tari topeng yang sangat di minati adalah tari topeng klana.

Tari Topeng adalah tarian tradisional yang berasal dari Cirebon Jawa Barat. Dalam Tarian ini terdapat 5 jenis topeng yaitu Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung dan juga Topeng Kelana. Masing-masing topeng memiliki karakter dan keunikan yang berbeda-beda. Topeng-topeng tersebut memiliki cerita yang berbeda antara topeng satu dengan topeng yang lain. Berikut kita akan bahas tentang tari topeng kelana.

Tari topeng Klana adalah gambaran seseorang yang bertabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, namun tarinya justru paling banyak disenangi oleh penonton. Sebagian dari gerak tarinya menggambarkan seseorang yang tengah marah, mabuk, gandrung, tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya.Pada dasarnya, bentuk serta warna topeng akan mewakili karakter atau watak dari tokoh yang dimainkan. Klana, dengan topeng dan busana yang didominasi oleh warna merah mewakili karakter yang tempramental. Pada tarian ini, Klana yang merupakan orang yang serakah, penuh amarah, serta tidak dapat menjaga hawa nafsu yang divisualisasikan ke dalam gerakan langkah kaki yang panjang-panjang dan juga menghentak. Sepasang tangannya juga terbuka dan jari-jari yang selalu mengepal.Pada pementasan topeng jenis ini, menggambarkan tentang seseorang yang memiliki sifat angkara murka. Saat mementaskan tarian jenis ini penari memerankan tokoh yang jahat. Dalam pementasan tarian ini mengandung pesan yaitu manusia harus selalu berusaha agar mendapatkan kebahagiaan dan hidup di jalan yang benar.


Tari topeng Kelana biasa disebut juga dengan topeng Rowana. Sebutan tersebut mengacu pada salah satu tokoh yang ada dalam cerita Ramayana, yaitu  tokoh Rahwana. Yang dalam hal ini, karakternya sama persis dengan tokoh Klana dalam cerita Panji. Di Cirebon, topeng Klana dan Rowana kadang-kadang diartikan sebagai tarian yang sama, tetapi bagi beberapa dalang topeng, misalnya Sujana dan Keni dari Slangit; Sutini dari Kalianyar dan Tumus dari Kreo; membedakan kedua tarian tersebut, hanya kedoknya saja yang sama.Jika kedok Klana yang ditarikan itu memakai kostum irah-irahan atau makuta Rahwana di bagian kepalanya dan di bagian punggungnya memakai badong atau praba, maka itulah yang disebut topeng Rowana. Kostumnya jauh berbeda dengan topeng Klana dan kelihatan sangat mirip dengan kostum tokoh Rahwana dalam wayang wong.

Lagu pengiring yang di gunakan dalam tari topeng kelana adalah lagu Gonjing dan dilanjutkan dengan lagu Sarung Ilang. Struktur tari topeng kelana sama seperti tari topeng lainnya, yaitu terdiri atas bagian baksarai yaitu bagian gerak tari yang belum memakai kedok dan bagian ngedok yaitu bagian gerak tari yang memakai kedok.

Banyak yang percaya bahwa tari topeng kelana merupakan tari yang sudah ada di kalangan istana raja-raja di Pulau Jawa sebelum kemudian berkembang di daerah Cirebon. Berdasarkan sumber tersebut, dahulu tari topeng kelana diyakini sebagai tari yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan kerajaan. Tari ini dibawakan oleh raja dan hanya dipertontonkan kepada perempuan dalam lingkungan kerajaan, seperti para istri raja, mertua, hingga ipar perempuan raja. Karenanya, dahulu tari topeng kelana dinilai lebih bersifat spiritual daripada sebagai hiburan. Secara umum, tari topeng kelana terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian baksarai dan ngedok. Baksarai merupakan pementasan tari ketika penari belum mengenakan topeng, sedangkan ngedok merupakan bagian tarian saat para penari sudah mengenakan topeng. Tari topeng kelana biasanya dipentaskan oleh laki-laki, tapi pakem tersebut telah berubah.

Sejalan dengan perkembangannya, kini perempuan juga banyak yang mementaskan tarian topeng kelana. Tari topeng kelana biasa dipentaskan oleh 4-6 orang penari. Gerakan dalam tari ini cenderung energik dan bersemangat, tapi tetap memerlukan keluwesan untuk bisa mementaskannya. Dilihat dari gerakan dan topeng yang dikenakan, tari ini merupakan penggambaran seseorang yang berperilaku buruk, serakah, arogan layaknya tokoh Rahwana dalam pewayangan.

Di dalam pertunjukan topeng hajatan (tari topeng yang menjadi hiburan pada saat hajatan seseorang) , setelah tari topeng tersebut selesai di pentaskan, penari biasanya melakukan proses nyarayuda atau proses ngarayuda, yaitu proses meminta uang kepada para penonton, tamu undangan, pemangku hajat dan panitia hajat, para pedagang, dan lain-lain yang hadir di tempat tersebut. Mereka berkeliling sambil mengasong-asongkan kedok yang dipegang secara terbalik, bagian dalam kedok terbuka dan bagian wajah nya menghadap ke bawah atau telungkup. Dalam hal ini kedok yang semula menjadi properti dalam menari berubah fungsi menjadi wadah uang hasil keliling. Penonton, tamu undangan, pemangku hajat dan lainnya memberikan uang seikhlasnya tanpa merasa ada suatu paksaan sedikit pun. Setelah merasa cukup, penari akan kembali ke atas panggung dan sebagai rasa terima kasih mereka, ia kembali mempersembahkan beberapa gerakan tari topeng Klana, sebagai tarian ekstra.
Nyarayuda atau ngarayuda memiliki filosofi dan pesan moral yaitu sebuah pesan moral atau simbol yang mengingatkan kita tentang bagaimana sebaiknya berkehidupan di masyarakat. Kelana adalah seorang raja yang kaya raya, yang tak kurang suatu apapun, namun ia masih merasa dirinya kekurangan, merasa segalanya belum cukup, sehingga ia tetap berusaha untuk mengambil sebanyak-banyaknya harta tanpa memperdulikan apakah itu hak atau batil. Itulah sebenarnya pesan yang ingin disampaikan nyarayuda, yang artinya bukan semata-mata mengemis. Hidup, sebaiknya lebih banyak memberi daripada lebih banyak meminta.

Di kalangan masyarakat Cirebon, saat ini tari topeng kelana merupakan tari yang boleh dipentaskan oleh siapa saja. Fungsi tari ini menjadi sarana hiburan masyarakat. Dengan iringan musik gojing yang meriah dan bersemangat, tari topeng kelana menjadi pementasan yang sangat bagus untuk di tonton.

Tarian ini mengandung simbol-simbol yang mempunyai makna tertentu. Simbol-simbol yang terdapat pada tarian ini dapat berupa cinta, nilai kepemimpinan dan kebijaksanaan. Pada saat pementasan tarian ini, diharapkan para penonton paham akan simbol-simbol yang disampaikan oleh penari.
Bahkan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan tarian ini sebagai media dakwah untuk penyebaran agama Islam dan juga dapat menjadi hiburan disekitar keraton.

0 Komentar